Apa Itu Filsafat Pendidikan

Apa Itu Filsafat Pendidikan

Apa Itu Referral dan Cara Membuat Program Referral untuk Bisnis

Di tengah ramainya media sosial seperti sekarang ini, referral adalah strategi marketing yang efektif bagi banyak toko online. Program ini membantu menjangkau orang-orang, menarik calon pelanggan, dan meningkatkan penjualan.

Salah satu contoh terbaik untuk program referral adalah milik TheSkimm. Perusahaan berita ini melayani sekitar 7 juta orang, dan 10% pengguna barunya berasal dari program tersebut. Dropbox juga menerapkannya, yang meningkatkan rasio konversi hingga 3.900% dalam 15 bulan.

Nah, kali ini, kami akan membahas apa itu referral beserta manfaat dan contohnya. Kami juga akan menjelaskan cara membuatnya untuk membantu Anda dan bisnis Anda, termasuk tips, ide, dan rekomendasi software. Check it out!

Referral adalah strategi marketing mulut ke mulut yang mengajak pelanggan untuk merekomendasikan produk suatu brand ke orang lain. Melalui program ini, pelanggan akan mendapatkan komisi (reward), bisa berupa diskon atau produk gratis.

Pada dasarnya, tujuan program referral adalah meminta pelanggan untuk menjadi pendukung sebuah brand. Mereka nantinya akan tergabung dalam sebuah campaign, lalu mendapatkan link atau kode khusus untuk dibagikan ke orang-orang terdekatnya.

Biasanya, pelanggan ini akan menerima insentif atau komisi setelah penerima referralnya membeli produk menggunakan link atau kode tersebut.

Salah satu contohnya adalah program “Refer a Friend” dari Casper yang menawarkan gift card Amazon senilai $10 saat teman pemberi referral membeli kasur untuk pertama kalinya.

Proses ini bisa cukup sulit dimonitor karena setiap anggota punya kode atau link khusus. Oleh karena itu, sejumlah perusahaan menggunakan software khusus untuk mengotomatiskan alurnya. Mulai dari pembuatan link sampai pengiriman reward, semuanya berjalan otomatis.

Judul Buku : Filsafat Pendidikan Islami Penulis : Prof. Ahmad Tafsir Penerbit : Rosda Karya Cetakan ke : 6, 2014 Halaman : 342 halaman Resensi oleh : Nurhasanah Munir

Filsafat yang dikenal sebagai mother of science telah dijadikan sebuah sumber yang berperan untuk meliputi semua ilmu. Dengan filsafat, maka semua ilmu akan memiliki akar yang bermuara pada satu titik, yakni titik dimana manusia dapat menemukan asal muasal ilmu pengetahuan. Beberapa hal penting yang mengharuskan kita untuk mengetahui dasar sebuah bidang ilmu adalah asal-usul ilmu tersebut yang dapat memberikan dan menjelaskan kepada kita tentang nilai-nilai filosofis yang penuh dengan makna, mengajak kita berpikir lebih logis dan sistematis. Dimana kita tidak dapat menemukan nilai-nilai tersebut dari sumber yang lain. Sebagaimana filsuf Muslim, seperti Ibn Sina, Al-Farabi, Ibn Khaldun ataupun Imam al-Ghazali, meskipun mengambil ide-ide filsafat dari filsuf Yunani, namun tetap berpegang pada Al-Qur’an sebagai Kalam Ilahi, sumber yang primer.

Begitu pun demikian jika kita ingin mempelajari sebuah ilmu pengetahuan, tidak lengkap jika kita tidak mempelajari sumbernya. Misalnya, untuk memahami realitas manusia, kita diberikan banyak pilihan untuk mencarinya, ada yang melalui sudut pandang antropologi, sosial, budaya, dan lain sebagainya. Jika pun kita ingin memahami sesuatu berlandaskan pada hakikat manusia atau kemanusiaan, maka tentu saja hal tersebut sangat memungkinkan. Saat kita ingin mengetahui tentang pendidikan, untuk apa kita mengetahui hal ihwal pendidikan, untuk siapa pendidikan itu, dan apa manfaat pendidikan bagi kehidupan umat manusia. Hal ini akan menunjukkan korelasi antar ilmu pengetahuan, manusia dan juga sebuah cara pandang atau pendekatan yang digunakan untuk memahami isu ini.

Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan-perntanyaan diatas, Prof. Dr. Ahmad Tafsir seorang Guru Besar Ilmu Pendidikan di Universitas Sunan Gunung Djati, Bandung memilih untuk membahas pendidikan dengan pendekatan filsafat. Buku yang berjudul Filsafat Pendidikan Islami: Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu: Memanusiakan Manusia menjadi sebuah media untuk kita agar dapat memahami pendidikan terutama pendidikan yang bersifat Islami dari sudut pandang yang lebih komprehensif seperti filsafat. Hal ini diperjelas dari sebuah pendahuluan pentingnya membedakan dua hal, yaitu teori Filsafat Pendidikan dan teori Ilmu Pendidikan. Sehingga kedua hal tersebut tidak rancu.

Ahmad Tafsir memulai karirnya dengan mengajar Pengantar Filsafat pada tahun 1973 di IAIN Bandung, ditengah masa ia mengajar itu, Rektor kampus mengirimnya ke IAIN Yogyakarta untuk mengikuti sebuah kursus filsafat dengan metode semacam program S2 selama 9 bulan. Meskipun telah merantau untuk belajar itu, Tafsir waktu itu belum juga menemukan perbedaan Filsafat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Setelah dua puluh tahun berkecimpung dalam proses mengajar dua cabang ilmu tersebut, maka sampailah ia pada sebuah perenungan yang akhirnya dijadikan sebuah buku daras bernama Filsafat Pendidikan Islami yang telah dicetak sebanyak enam kali sejak terbit pertama kali pada Februari, 2006.

Buku terbagi ke dalam sepuluh bab- memberi sebuah proses perjalanan untuk menemukan berbagai macam teori serta konsep tentang Pendidikan, dimulai dari bab Pendahuluan hingga bab akhir, yaitu Pengembangan Pendidikan. Ahmad Tafsir yang memiliki kecenderungan berpikir lebih detil, runut, dan komprehensif akhirnya menghantarkan kita pada pembahasan ambiguitas tentang Filsafat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan.

Namun sebelum memasuki pada bab-bab selanjutnya, Tafsir mengemukakan alasan tentang pemberian judul buku, Filsafat Pendidikan Islami. Dimaksudkan lebih dititik-beratkan pada tuntunan ajaran Islam, disamping itu juga karena panggilan sebagai seorang Muslim.

Menurut saya, Buku daras tentang Filsafat Pendidikan Islami masih sangat jarang ditulis oleh para pakar pendidikan, khususnya di dalam tradisi khazanah Islam di Indonesia. Buku ini menjadi sebuah sumbangsih agar kita semua dapat mengambil manfaat sebanyak-banyaknya.

Formula yang digunakan oleh Tafsir sebagaimana yang dilakukan oleh para pengkaji ilmu agama keislaman terdahulu dan hingga kini, yaitu dengan merujuk kepada Al-Qur’an sebagai sumber ilmu dari seluruh ilmu yang tersebar di seluruh muka bumi. Ia menerangkan tentang perbedaan Filsafat dan Ilmu terlebih dahulu, menurutnya ilmu atau pengetahuan adalah pengetahuan yang rasional yang didukung bukti empiris, sedangkan Filsafat adalah sebuah proses untuk mengetahui hal-hal yang abstrak dan tidak dibuktikan secara empiris. Disamping itu, ia juga mengklasifikasi tentang tiga macam pengetahuan, yaitu pengetahuan sain, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan mistik. Singkatnya pada bab pertama ini, kita sudah diberikan dasar pengetahuan untuk membedakan apa itu Filsafat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Filsafat Pendidikan adalah teori-teori rasional tentang pendidikan yang tidak perlu dibuktikan secara empriris, sedangkan Ilmu Pendidikan adalah teori-teori rasional yang memerlukan bukti empiris.

Bab kedua, Tafsir membahas tentang Hakikat Manusia dihadapan Tuhan sebagai Pencipta dan posisi manusia. Menurut Al-Qur’an, Tuhan mengabadikan kalam dan pesan-pesan-Nya tentang penciptaan, alam semesta seisinya, dan lain sebagainya. Menurut Socrates, manusia adalah sosok yang menyimpan berbagai macam jawaban dari persoalan yang dipertanyakannya. Baginya, manusia selalu membutuhkan manusia yang lain untuk menemukan ide yang bermanfaat untuk menciptkan kehidupan yang lebih baik.

Masih menurut Socrates, hakikat manusia adalah keinginan untuk mengetahui hal-hal diluar dirinya, maka untuk mengetahui yang diluar dirinya, lebih baik manusia mengetahui dirinya terlebih dahulu. Berbeda dengan Socrates, Plato berpendapat bahwa jiwa manusia adalah entitas non-material yang dapat terpisah dari tubuh. Menurut Plato, hakikat manusia ada dua, yaitu rasio dan kesenangan (nafsu). Plato menambahkan bahwa manusia terdiri dari tiga elemen, yaitu roh, nafsu dan rasio, yang dianalogikan seperti seorang kusir yang sedang mengendalikan pedati dengan dua kuda, satu berwarna putih (roh), satu lagi berwarna hitam (nafsu), Pak Kusir adalah simbol rasio yang bekerja untuk mengontrol keduanya. Tafsir juga mengutip beberapa filsuf lainnya seperti Rene Descartes, Immanuel Kant, dan John Locke. Hakikat Manusia Menurut Tuhan dijelaskan oleh Tafsir dengan merujuk pada rumusan Al-Qur’an, bahwa manusia terdiri dari unsur jasmani, akal, dan ruhani. Pada uraian ini, Tafsir menegaskan bahwa core sebuah pendidikan menurut Islam difokuskan pada pengembangan aspek ruhani. Manusia dibekali Tuhan dengan fitrah yang bermakna potensi, dengan begitu manusia memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan dirinya dari waktu ke waktu, menjadi lebih baik dan sesuai dengan tujuan penciptaan Tuhan untuk makhluk seluruh alam.

Pada bab tiga tentang Hakikat Pendidikan, Tafsir memegang ucapan Yunani kuno bahwa pendidikan adalah pertolongan kepada manusia agar ia menjadi manusia. Mengapa manusia membutuhkan pertolongan? Karena manusia harus berhasil menjadi manusia sejati dengan segala atribut kemanusiaannya. Orang-orang Yunani memiliki tiga syarat agar seorang manusia layak disebut sebagai manusia, pertama, memiliki kemampuan mengendalikan diri; kedua, cinta tanah air; dan ketiga, berpengetahuan.

Manusia yang menjadi tujuan dari pendidikan harus memiliki pengetahuan yang tinggi, ia juga harus mampu berpikir benar. Oleh karena itu, orang Yunani berkeyakinan bahwa berpikir dengan cara filsafat atau berfilsafat adalah latihan terbaik untuk mampu berpikir benar. Lebih lanjut, Tafsir mengatakan bahwa pendidikan adalah masalah yang tidak pernah selesai, mengapa demikian? – penyebabnya, keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik, dan pendidikan memiliki berbagai macam elemen yang saling berkaitan untuk menciptakan hal-hal baik dari masa ke masa. Oleh karena itu pendidikan bersifat dinamis, dimana prosesnya melibatkan banyak hal, seperti waktu, tempat dan manusia.

Setelah membahas tentang Hakikat Manusia dan Hakikat Pendidikan, pembaca akan mendapatkan paparan tentang Dasar Pendidikan di bab empat. Ahmad Tafsir merumuskan nilai-nilai yang layak dijadikan dasar untuk memperkuat pondasi pendidikan. Nilai merupakan satu hal yang sangat penting dan utama dalam bidang pendidikan, karena dengan nilai, pendidikan memiliki pijakan dan pedoman untuk menciptakan pendidikan yang kokoh, kuat, inovatif, dan integratif. Menurut Tafsir, salah satu nilai yang menjadi dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan pengembangannya menjadi nilai-nilai yang dimanifestasikan menjadi ajaran aktual di semua aspek, salah satunya adalah pendidikan.

Pancasila telah tebukti sejalan dengan misi pendidikan yang ada di pelosok negeri Indonesia. Pendidikan adalah salah satu media untuk memperkuat dan mempersatukan seluruh rakyat dibawah naungan Pancasila. Dengan demikian, Pancasila juga dikatakan sebagai Filsafat (falsafah) Negara yang meliputi semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lalu apa Tujuan Pendidikan itu? – kita akan menelaahnya pada bab kelima, setiap perjalanan memiliki tujuan, termasuk dalam pelaksanaan pendidikan yang menjadi bentuk tanggung jawab untuk melahirkan generasi-generasi kuat dalam imtaq dan iptek. Namun apakah tujuan pendidikan juga dapat berubah sesuai zaman atau tetap bertahan dari yang sejak dulu?. Sebuah tujuan tidak dapat dirumuskan hanya sesuai kehendak hati penguasa, pemilik modal, kebiijakan, dan seterusnya. Tujuan pendidikan sama halnya dengan cita-cita yang dibangun untuk dicapai secara bersama-sama. Tujuan pendidikan bukan hanya tentang program, kurikulum, dan lulusan ideal. Tujuan pendidikan haruslah menjadi sebuah hal yang amat sangat agung karena berkenaan dengan ciri kekhasan pendidikan tersebut. Misalnya saja, tujuan pendidikan di negeri Eropa tentu saja berbeda dengan yang ada di Amerika, Afrika, Australia dan Asia. Begitupula tujuan pendidikan di dunia Islam dan non-Islam.

Beberapa hal yang masih kurang menurut penulis, Tafsir hanya memaparkan tiga kriteria menjadi seorang lulusan yang diharapkan dari sebuah proses pendidikan, yaitu badan sehat, kuat, otak cerdas, dan beriman kuat. Pada paparan ini, Tafsir tidak menjelaskan lebih rinci berdasarkan argumentasi rasional, sehingga penjabaran yang dituliskan tentang seperti apa tujuan pendidikan dari perspektif Filsafat Islam masih belum diketahui, padahal judul buku ini adalah Filsafat Pendidikan Islami.

Hal yang lain, setelah Tujuan Pendidikan, Tafsir menempatkan Kurikulum Pendidikan sebagai bahasan pada bab keenam. Pada awal tulisan, Tafsir menawarkan gagasan brilian tentang kurikulum, namun disaat yan sama ia katakan bahwa gagasannya akan sulit dipahami.

Pertama-tama, ia mendefinisikan kurikulum yang berarti sebuah program untuk mencapai tujuan pendidikan. Selanjutnya, Tafsir membangun relasi antara kurikulum, tujuan pendidikan, dan manusia yang baik. Maksudnya adalah manusia yang baik adalah produk dari kurikulum yang dikembangkan, sehingga tujuan pendidikan itu untuk melahirkan manusia-manusia dengan budI pekerti yang luhur.

Manusia yang baik berkaitan erat dengan akhlak, dan masih menurut Tafsir bahwa akhlak merupakan core dari kurikulum. Ia juga menambahkan dengan berpijak pada Undang-Undang tentang pendidikan yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional….. bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab” (pasal 3 UU No. 20/2003).

Bab selanjutnya adalah bab mengenai Peserta Didik (bab ketujuh). Tafsir lebih memilih menggunakan kata murid dalam tulisan ini dengan mengikuti tradisi tasawuf, dimana istilah murid disandingkan dengan kata mursyid yang bermakna guru. Tafsir rupanya telah sepakat untuk menggunakan rumusan adab murid kepada guru yang telah disusun oleh Sa’id Hawwa (1999). Kemudian, Tafsir juga menegaskan bahwa istilah yang paling tepat untuk pelajar ialah murid, bukan anak didik atau peserta didik. Hal ini ia jelaskan bahwa istilah murid merupakan pengaruh dari ajaran agama Islam, sehingga dapat diasumsikan bahwa anak didik atau peserta didik tidak memiliki makna Islami dibandingkan dengan murid. Setelah berkutat dalam istilah anak didik, murid, dan peserta didik, Tafsir berlanjut pada pembahasan tentang pendidik, yang ia maksudkan dengan pendidik adalah semua yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu manusia, alam, dan kebudayaan.

Pada bab kedelapan, Tafsir membahas tentang Lembaga Pendidikan yang kemudian ia bagi penjelasan tersebut melalui sub-sub bab, diantaranya: Model Pendidikan, ia menerangkan tentang inti manusia yang berpengaruh dalam menghasilkan model-model pendidikan, inti manusia yang dimaksud yaitu iman. Iman dapat berelaborasi dengan amal saleh, pengetahuan, vokasi (keterampilan), metode belajar, bahasa, dan seterusnya. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menciptakan generasi-generasi yang dapat menguasai iman, takwa, ilmu pengetahuan, serta teknologi. Dalam sub bab Model Sekolah untuk Menghadapi Abad 21, dan berdasarkan pemikirannya yang diklaim berperspektif Islam, Tafsir mengatakan bahwa pendidikan (Islam) di masa depan harus memiliki kurikulum utama, seperti: Pendidikan Agama, Pendidikan Bahasa Inggris Aktif, Pendidikan Keilmuan, serta Pendidikan Keterampilan Kerja.

Selesai membahas tentang Lembaga Pendidikan, Tafsir menerangkan tentang Proses Pendidikan di bab kesembilan. Meskipun pada pendahuluan, Tafsir sudah mengatakan bahwa ulasan-ulasan yang ia tulis banyak tidak sesuai dengan kaidah-kaidah filsafat, namun setidaknya ia bisa memberikan referensi-referensi dari filsuf-filsuf Muslim yang karya-karyanya berkaitan dengan dunia pendidikan. Dalam bab Proses Pendidikan, ia memperkenalkan Metode Internalisasi, yaitu metode yang dipakai untuk dapat mencapai tujuan pendidikan. Peserta didik mendapat arahan dan diajarkan oleh guru agar dapat mengetahui. Pengetahuan yang telah diperoleh sang peserta didik diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian pada akhirnya si peserta didik dengan pengetahuannya tersebut mewujud menjadi satu kesatuan, peserta didik dan ilmunya tak terpisahkan karena ia selalu mengamalkannya.

Adapun bab yang terakhir adalah Pengembangan Pendidikan. Sebagaimana yang ditulis Tafsir bahwa pengembangan pendidikan di dunia Islam tidak sepesat pengembangan pendidikan di dunia Barat. Hal ini disebabkan karena kajian-kajian mengenai pendidikan selalu mengambil konsep dari pendidikan yang dilaksanakan di dunia Barat, maka tidak heran jika pengembangan pendidikan di dunia Islam menjadi sangat lambat. Pada bab kesepuluh ini, Tafsir mengutip perkataan Azyumardi Azra yang menyatakan kekecewaannya yang mendalam tentang kurangnya perhatian terhadap kajian Ilmu Pendidikan Islami.

Istilah Pendidikan Islami adalah yang paling benar dan tepat jika dibandingkan dengan Pendidikan Islam. Tafsir merujuk pada istilah yang sudah paten digunakan dalam bahasa Inggris dan juga bahasa Arab, seperti Islamic Education dan al-Tarbiyyah al-Islamiyyah, kedua bahasa ini jika disadur kedalam bahasa Indonesia akan menjadi Pendidikan Islami bukan Pendidikan Islam, karena tentu saja keduanya memiliki pengertian yang berbeda pula. Setidaknya kedua istilah ini dapat dikaji lebih mendalam agar tidak ada lagi miskonsepsi dikalangan pengkaji, akademisi, dan mahasiswa yang berkecimpung di bidang pendidikan. Sangat disayangkan pula jika buku ini tidak dilengkapi dengan catatan-catatan kaki, sehingga pembaca akan dirundung rasa ingin tahu yang besar untuk menelusuri tulisan-tulisan atau pernyataan yang bisa dijadikan sebagai referensi valid. Oleh karena itu, pembaca bisa mencarinya melalui daftar pustaka yang tersaji di akhir buku. []

SALAH SATU tantangan dunia pendidikan di Indonesia adalah bagaimana memperkuat fondasi filsafatnya. Fondasi adalah bangunan yang menopang konten kurikulum dan tujuan akhir dari anak didik. Pendidikan yang diselenggarakan di bumi Indonesia semestinya selaras dengan ideologi Negara Pancasila. Berakar kepada agama karena secara faktual, dipraktekkan dalam kehidupan sehari hari, karena itu misi pendidikan Indonesia sebisa mungkin keluar dari misi pendidikan sekuler.

Bagaimana memahami tantangan Filsafat Pendidikan di Indonesia. Forum Antar Pakar (FAP) Riset Sadra bekerjasama  dengan Universitas PGRI Semarang menyelenggarakan Seminar bertema ” Tantangan Filsafat Pendidikan di era Kontemporer”. Hadir sebagai pembicara, Dr. Agus Sutono mewakili PGRI dan Ammar Fauzi, Ph.D dari Riset STFI Sadra. Kamis, 31/10/2019, jam 09.30-12.00 wib di kampus 4 PGRI Semarang .

Dalam pemaparanya Ammar menjelaskan pentingnya posisi dan kontribusi Filsafaf Islam dalam dunia pendidikan di Indonesia. Filsafat dikatakan Ammar bukan satu-satunya elemen, tetapi salah satu alat yang efektif  bisa berkolaborasi dengan elemen lain. Filsafat ibarat kepala, pendidikan tanpa filsafat seperti orang berjalan tanpa kepala. Tapi kepala berjalan juga perlu kaki yakni ilmu-ilmu terapan yang lain.

Dalam dunia pendidikan versi Islam, relasi murid dan guru menjadi penting dan bisa bertukar tempat. Murid bisa menjadi guru dengan bidang keahlian yang berbeda, jadi intinya saling belajar. Etika dalam Islam membina sedemikian rupa sehingga kita berdosa jika kita merasa memberi ilmu, merasa memiliki ilmu. Dalam riwayat disebutkan “Aku diberi ilmu kecuali sedikit”. Sumber ilmu bisa berasal dari alam, guru dan Tuhan itu sendiri.

Kata ilm memiliki bentuk jamak ‘ulum, alim (orang berilmu); tidak saja memilik konten pengetahuan tetapi berperilaku sebagai orang alim. Akan tetapi dalam tradisi sekuler, science tidak memiliki bentuk plural, dan memiliki muatan motif yang berbeda, semata duniawi. Tujan dari pendidikan di Indonesia adalah mendapatkan kebahagiaan sesuai dengan pembukaan UUD 1945, dengan sila 5, keadilan sosial sebagai alat. Ammar berpendapat keadilan adalah alat mencapai kebahagiaan bukan sebagai tujuan.

Sosialisasi filsafat menjadi penting di Indonesia karena sebagian masih menolak. Padahal sejatinya bagi seorang muslim, filsafat mampu memperkokoh iman, dan membangun kekuatan argumentasi dalam beragama dan memperkuat fondasi dunia pendidikan. Olehkarena itu posisi Filsafat Islam menjadi penting untuk berkontribusi dalam dunia Pendidikan.

Pendidikan di Indonesia adalah kombinasi unsur-unsur tradisi, agama dan ideologi Negara. Ketiganya memberi karakter bagi pembentukan Filsafat Pendidikan di Indonesia. Dalam budaya jawa, dikenal dengan martabat tujuh (tangga-tangga alam spiritual). Kata kayu berasal dari bahasa arab, alhayyu, salah satu nama Tuhan. Artinya tujuan dari Filsafat Pendidikan di Indonesia bisa mengadopsi kazanah Indonesia, yakni dalam tradisi tasawuf jawa menjadi seperti Tuhan, bukan menjadi Tuhan beneran dan selamanya memang tidak bisa, artinya  menyerap nama-nama Tuhan. Menyerap nama-nama Tuhan agar menjadi manusia utuh, manusia sempurna (Insan Kamil), itulah tujuan pendidikan di Indonesia.

Karakter Dasar Filsafat Islam

Lebih lanjut Ammar menjelaskan bahwa karakter dasar Filsafat Islam dapat menjadi identitas Filsafat Islam. Filsafat Islam memiliki tiga elemen; filsafat, Islam dan tradisi. Kegiatan penelitian Filsafat, terdiri pencarian makna leksikologis, etimologis, fenomen.  Islam memiliki elemen metodologis dan fenomenologis. Sementara  itu dilihat dari sisi relasi subjeknya, terdiri dari  a. Prinsip Ada, b. Prinsip tahu, c. Prinsip Prilaku. Ketiganya memiliki relasi metode. Memiliki dimensi intelektual, moral dan teknikal.

Dari sisi Intelektual,  terbagi menjadi dua, teoritis dan aplikatif. Teoretis terdiri dari elemen realisme, metafisika, teologi, rasionalisme, fundasionalisme dan prespektivisme. Sementara aplikatif,  berorientasi wahyu, irfan, etika, hukum, politik, interdisiplin.

Dari sisi moral, terdiri dari elemen cinta, fanatisme-radikal, substantif-fundamental, universal, holistik, akomodatif dan tanggung jawab. Sedangkan dari sisi teknikal, terdiri dari  dalektik, dan memiiki SOP Penelitian. Diantaranya dialogis, variatif, kreatif, spiral dan konjungtif.

Tantangan Fislafat Pendidikan Kontemporer

Secara filosofis menurut Ammar, dunia pendidikan mengahadapi berbagai tantangan. Diantaranya fenomena positivisme, pragmatisme dan relatifisme. Dari sisi etis, tantanganya dalam dari aspek nilai-nilai dan budaya. Dari sisi politis, menghadapi fenomena monolopoli (anti demokrasi), embargo (anti kebebasan). Dari sisi hukum menghadapi fenomena pembatasan penelitian pada kasus tertentu seperti holocous dan inkuisisi.

Anggaran juga menjadi persoalan. Dari mana anggaran berasal, dengan  apa digerakkan dan kita berada dimana.

Dunia pendidikan juga menghadapi tantangan berupa globalisasi sebagai proses yang alamiah, non final dan objektif. Globalisasi artinya juga sebagai proyek karena diupayakan mansia, dijadikan agenda manusia, bersifat final dan objektif.

Proses globalisasi juga terjadi alamiah, artinya proses perubahan itu diarahkan menuju tujuan pendidikan yakni kesempurnaan manusia sesuai dengan fitrahnya, tetapi terkadang tejadi konflik, pembedaan, pembiaran dan pengecualian. Seperti prediksi Giddes (1998), ketika terjadi pembedaan dan marginalisasi.

Globalisasi berlangsung sebagai proses sekaligus proyek melalui media sains, teknologi, kemudian ditandai dengan percepatan waktu, perluasan ruang dan pendalaman.

Dr. Agus Sutono; Pendidikan Berbasis Kultural

Sementara itu Dr. Agus Sutono dengan judul presentasi “Kontektualisasi Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam Filsafat Pendidikan Kontemporer.” memaparkan pentingya filsafat pendidikan berbasis tradisi.

Agus menjelaskan latar belakang masalah pendidikan Indonesia yang masih berpegang kepada link and match (skema kapitalisme) yang hanya cocok untuk ilmu alam terapan bukan ilmu sosial sehingga memiliki dampak;

Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara menurut Agus layak untuk dikontektualisasikan dan masih relevan. Menurut Ki Hajar, pendidikan memilik tiga pusat (tripusat), yakni pendidikan keluarga, pendidikan dalam alam perguruan/sekolah; dan pendidikan dalam alam  masyarakat

Sejak dini Ki Hajar menganjurkan anak didik untuk belajar Tri No, yaitu  nonton (melihat), niteni (menandai) dan nirokke (mempraktekkan).

Nonton (cognitive) lebih bersifat pasif, menggunakan intrumen inderawi. Niteni (affective)  dengan cara menandai, mempelajari, mencermati apa yang diindera.Nirokke (psychomotoric) menirukan yang positif untuk bekal menghadapi perkembangan. Tiga konsep Pendidikan ini dimulai dari kelas Dasar dan Menengah dengan istilah lain Ngerti (memahi), Ngroso (merasakan) lan Nglakoni (mempraktekkan).

Model pendidikan ini dimaksudkan supaya anak tidak hanya dididik intelektualnya saja (cognitive), ‘ngerti’, melainkan harus ada keseimbangan dengan ngroso (affective) serta nglakoni (psychomotoric).

Pada akhirnya anak didik akan mengerti dengan akalnya, memahami dengan perasaannya, dan dapat menjalankan  pengetahuan yang sudah didapat dalam kehidupan masyarakat.

Seorang pendidik harus memiliki sistem among (membimbing) dengan berjiwa kekeluargaan bersendikan:

Pendidikan dimaknai sebagai usaha kebudayaan,  membangun prinsip kemajuan dalam kehidupan,  bagian dari kesenian yang diadopsi kedalam kurikulum

Pendidikan adalah salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan .

Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri, diajarkan membuat pekerjaan tangan, misalnya: topi, wayang, bungkus ketupat, atau barang-barang hiasan dengan bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya.

Olah gendhing bagi sekolah Dasar dan Menengah dengan cara memperkuat dan memperdalam rasa kebangsaan, beorientasi keindahan dan keluhuran budi.

Hakikat pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah memasukkan kebudayaan ke dalam diri anak dan memasukkan anak ke dalam kebudayaan supaya anak menjadi makhluk yang insani.

Agus menutup presentasinya dengan mengatakan, kontribusi Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan di Indonesia masih relevan untuk diaktualisasikan, baik dalam jalur formal dan nonformal. Munculnya model-model pendidikan pesantren modern yang sering dikenal dengan MBS (Modern Boarding School) adalah satu contoh. Seminar dihadiri sekitar 300 mahasisw/wi dan para dosen PGRI diakhiri sesi Tanya jawab.

Ditranskip oleh Muhammad Ma’ruf

Setiap tukang kebun yang berpengalaman mengetahui bahwa untuk menghasilkan bunga-bunga yang indah diperlukan ketekunan dan kerja keras. Tidak cukup dengan menabur bibit saja. Tanah harus disiapkan, benih harus disirami, rumput-rumput harus dibuang. Pekerjaan pemeliharaan itu perlu dilakukan tiap hari supaya jangan tanaman muda itu mati. Namun akhirnya, segala ketekunan dan kerja keras itu membawa hasil dalam bentuk bunga-bunga yang indah dipandang dan harum baunya.

Demikian juga persekutuan kita dengan Tuhan memerlukan pemeliharaan. Tiap hari kita perlu datang pada Tuhan kalau ingin hubungan ini berkembang. Dan akhirnya, buah Roh seperti yang tertulis di Galatia 5:22 akan terlihat juga dalam hidup kita, bagi kemuliaan Tuhan.

Waktu teduh adalah waktu khusus yang disediakan tiap hari bagi Tuhan. Sebaiknya waktu itu disediakan pada pagi hari sebelum sarapan. Dalam waktu itu, kita bertemu dengan Tuhan, berbicara dengan-Nya dalam doa, dan mendengar apa yang Dia katakan melalui firman-Nya.

Waktu teduh adalah respons kita terhadap kerinduan Allah Bapa untuk bersekutu dengan anak-Nya. Waktu teduh adalah persekutuan yang indah dengan Tuhan pada permulaan tiap hari, dan merupakan penyerahan diri secara baru untuk hari itu.

Mengapa Perlu Waktu Teduh?

Ada tiga alasan mengapa kita perlu mengadakan waktu teduh. Pertama, contoh Yesus. Dia menunjukkan betapa Dia menikmati persekutuan dengan Bapanya. Meskipun hari sebelumnya Dia sibuk sekali, tetapi keesokan harinya Dia bangun pagi-pagi dan menyediakan waktu bagi Bapanya (lihat Markus 1:21-37) Kalau Yesus, manusia yang sempurna, memerlukan waktu teduh dengan Tuhan, apa lagi kita.

Kedua, Tuhan merindukan persekutuan dengan kita. Ini suatu hal yang luar biasa, bahwa Pencipta langit dan bumi benar-benar menginginkan persekutuan dengan ciptaan-Nya. Tuhan lebih menghargai persekutuan kita dengan-Nya, daripada apa yang kita lakukan bagi-Nya. Tuhan lebih menginginkan persekutuan pribadi yang teratur dengan orang itu.

Akhirnya, tanpa waktu teduh yang teratur, kita tidak dapat tumbuh dalam iman. Orang-orang saleh yang dipakai Tuhan dari abad ke abad, semuanya mempunyai waktu teduh yang teratur. Misalnya Daud (Mazmur 5:4), Daniel (Daniel 6:11), Martin Luther, John Wesley, dan sebagainya.

1. Sediakanlah waktu yang teratur tiap pagi. Sebagai permulaan, mulailah dengan 15 menit. Namun, sesudah kebiasaan itu tertanam, sediakanlah waktu yang cukup lama.

2. Carilah tempat yang tidak terganggu. Hindarkanlah suara-suara pembicaraan seperti warta berita radio, ribut tetangga, dan sebagainya.

3. Tenangkan hati dan harapkan kehadiran Tuhan. Tujuan waktu teduh adalah untuk memenuhi kebutuhan kita akan Tuhan, mengisi tangki rohani kita sebelum perjalanan hari itu.

4. Bacalah Alkitab dengan mengikuti buku penuntun tertentu seperti Santapan Harian, Pelita, Saat Teduh, Wasiat dan sebagainya. Atau renungkanlah satu bagian terkenal dari Alkitab selama satu minggu, misalnya: Mazmur 1, 8, 23, 119, Matius 5-7, Yohanes 15, 17, 1 Korintus 13, Ibrani 11 dan sebagainya.

5. Doakanlah apa yang telah kita renungkan, serahkan diri kita hari itu kepada Tuhan.

6. Tulislah dalam buku khusus apa yang Tuhan ajarkan tiap hari.

Bahan Alkitab: Markus 1:21-39.

Bagian ini memberikan gambaran tentang apa yang Yesus lakukan dalam suatu hari pada permulaan pelayanan-Nya. Cerita dimulai dengan kejadian pada pagi suatu hari Sabat dan berakhir pada keesokan harinya.

1. Ayat 21-34. Sebutkanlah hal-hal yang Yesus lakukan pagi, siang, dan sore hari itu. Apakah ada tanda-tanda bahwa Dia beristirahat selama hari itu? Kira-kira jam berapa Dia berhenti bekerja hari itu? (Perhatikan ayat 32, 33).

2. Ayat 35-39. Meskipun, kemarinnya merupakan hari yang sibuk dan melelahkan, kira-kira jam berapa Yesus bangun? Apa yang Yesus lakukan? Di mana? Mengapa Dia memilih tempat itu?

3. Ayat 36. Apakah ada orang lain yang juga bangun pagi untuk berdoa? Apakah ini pertama kalinya Yesus bangun pagi untuk bersekutu dengan Bapanya? (Perhatikan "menyusul" ayat 36, "menemukan" ayat 37).

1. Apa yang dapat saya pelajari dari contoh Yesus di atas?

2. Apa halangan terbesar bagi saya untuk melakukan waktu teduh secara teratur? Bagaimana saya dapat mengatasinya?

1. Ceritakanlah bagaimana masing-masing melakukan waktu teduhnya. Sebutkanlah kapan, berapa lama, apa yang dilakukan, memakai bahan apa, dan sebagainya.

2. Apa manfaat waktu teduh bagi Saudara masing-masing? Kalau tidak ada manfaat, apa sebabnya? Bagaimana dapat diatasi?

3. Bagaimana Saudara sebagai kelompok dapat saling membantu untuk mengadakan waktu teduh secara teratur? Pilihlah cara terbaik dan cobalah selama dua minggu yang akan datang.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Netralitas adalah suatu kecenderungan untuk tidak memihak dalam suatu konflik (fisik atau ideologis),[1][2][3] yang mungkin tidak menunjukkan bahwa pihak-pihak yang netral tidak berpihak. Dalam penggunaan sehari-hari isitlah netral bisa identik dengan tidak bias. Namun, bias adalah favoritisme terhadap pihak tertentu,[4][5] yang berbeda dengan kecenderungan untuk bertindak atas favoritisme tersebut.

Netralitas berbeda (meskipun tidak eksklusif) dari apatis, ketidaktahuan, ketidakpedulian, pemikiran ganda, kesetaraan,[6] kesepakatan, dan objektivitas. Apatis dan ketidakpedulian masing-masing menyiratkan tingkat kecerobohan tentang subjek, meskipun seseorang yang menunjukkan netralitas mungkin merasa bias terhadap subjek tetapi memilih untuk tidak bertindak berdasarkan itu. Seseorang yang netral juga dapat mengetahui dengan baik tentang suatu subjek. Karena mereka dapat menjadi bias, orang yang netral tidak perlu menampilkan pemikiran ganda (yaitu menerima kedua belah pihak sebagai benar), kesetaraan (yaitu memandang kedua belah pihak sebagai sama), atau kesepakatan (suatu bentuk pengambilan keputusan kelompok; di sini diperlukan negosiasi solusi pada pendapat semua orang, termasuk pendapat sendiri yang tidak boleh tidak memihak). Objektivitas merekomendasikan untuk berpihak pada posisi yang lebih masuk akal (kecuali objektivitas jurnalistik), dengan kewajarannya dinilai melalui beberapa kerangka dasar umum di antara kedua belah pihak, seperti logika (sehingga menghindari masalah ketidakterbandingan). Netralitas juga menyiratkan toleransi terlepas dari seberapa tidak menyenangkan, menyedihkan, atau tidak biasa perspektif itu.[6]

Dalam moderasi dan mediasi, netralitas sering diharapkan agar dapat membuat penilaian atau memfasilitasi dialog terlepas dari bias yang ada, dengan menekankan pada proses dibandingkan hasil.[7] Misalnya, pihak yang netral dipandang sebagai pihak yang tidak memiliki konflik kepentingan (atau kepentingan yang diungkapkan sepenuhnya) dalam suatu konflik,[8] dan diharapkan bertindak seolah-olah tidak memiliki bias. Pihak netral sering dianggap lebih dapat dipercaya dan dapat diandalkan.[9][10]

Bias netralitas itu sendiri adalah ekspektasi yang terdapat dalam pemerintah Swiss (dalam netralitas bersenjata),[11] dan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (dalam non-intervensi).[12]

5 Ghani Rozaqi 17/01/2017 8:45:00 Jackpot Jackpot

Jackpot adalah kata bahasa gaul yang artinya:Jackpot istilah orang yang lagi “muntah-muntah”

sumber: https://id.wiktionary.org/wiki/Wiktionary:ProyekWiki_bahasa_Indonesia/Bahasa_gaul

5 Ghani Rozaqi 23/07/2016 11:17:20 jackpot jackpot

jackpot adalah kata dalam Bahasa Inggris yang memiliki arti kb. pot perjudian, hadiah main kartu. to hit the j. memenangkan hadiah besar/pertama.

sumber: http://www.KamusBahasaInggris.com

Jakarta, FORTUNE – Discord adalah aplikasi yang digunakan sebagai sarana berkomunikasi. Biasanya digunakan oleh para gamers sebagai tempat obrolan saat bertanding.

Adapun sejumlah gamer yang menggunakan perangkat ini adalah gamer PUBG, Mobile Legend, maupun Among Us. Tak jarang juga nongamer pun menggunakan Platform ini untuk bersenang-senang.

Ada banyak fitur yang bisa Anda gunakan pada aplikasi obrolan ini. Penasaran? Berikut penjelasan lebih jauh mengenai Discord.

Discord adalah platform komunikasi yang memfasilitasi penggunanya untuk saling mengirim percakapan, gambar, audio, video, bahkan berbagi layar.

Discord banyak digunakan oleh para gamer sebagai sarana komunikasi yang lebih efektif. Ada banyak fitur yang dimiliki oleh aplikasi satu ini, seperti channel (kanal), streaming, serta panggilan video.

Selain itu, Anda juga bisa membuat satu atau lebih saluran dalam satu server tersebut.

Secara umum, fungsi Discord hampir sama dengan Skype. Jadi, bisa dikatakan bahwa Discord adalah ‘Skype’-nya komunitas para gamer.

Discord didesain untuk membantu para pemain untuk berkomunikasi dan berkoordinasi melalui server pribadi yang terpisah dari game itu sendiri. Hal ini memungkinkan para penggunanya untuk saling berkirim pesan teks dan obrolan suara tanpa mengganggu kinerja permainan.

Aplikasi ini juga terintegrasi dengan platform streamer populer seperti Twitch dan YouTube, sehingga pengguna dapat menyelaraskan Discord pada akun di platform tersebut.

Contoh Referral + Ide dan Tips Terbaik

Sekarang, Anda sudah tahu tentang apa itu referral dan cara kerjanya. Nah, agar lebih jelas, mari lihat 3 contoh yang cukup berhasil menghasilkan keuntungan untuk membantu Anda mencari inspirasi.

Salah satu contoh referral terbaik adalah program yang diberikan Marriott Hotel. Mereka memberikan poin kepada pelanggan lama kalau berhasil membawa pelanggan baru. Nantinya, pelanggan lama tersebut bisa menukarkan poin dengan reward seperti tiket pesawat dan sewa pesawat.

Rekomendasi: daripada diskon tunai, berikan bonus berbasis poin agar pelanggan terus kembali bertransaksi pada brand Anda.

Pelanggan Marriott Hotel bisa mendapatkan bonus minimal 2.000 poin untuk setiap referral. Tapi, penukaran dengan bonus khusus hanya bisa dilakukan setelah mencapai jumlah poin tertentu. Misalnya, perusahaan menawarkan sewa mobil dan tiket pesawat untuk 10.000 poin.

Hostinger adalah perusahaan web hosting yang menawarkan berbagai layanan, mulai dari layanan hosting murah berkualitas hingga virtual private servers (VPS).

Program Hostinger ini memungkinkan user lama menawarkan diskon 20% kepada penerima referral untuk setiap pembelian produk Hostinger. Sedangkan untuk setiap pembelian dari penerima, pemberi referral akan menerima reward hingga 20%.

Rekomendasi: sebisa mungkin, buat halaman yang user-friendly dengan banyak fitur. Integrasikan ke produk Anda dan isi dengan fitur-fitur bermanfaat. Nantinya, ini bisa meningkatkan keseluruhan pengalaman pengguna.

Karena halaman program Hostinger ini bisa diakses melalui hPanel, proses pendaftarannya pun cukup cepat dan tidak ribet. Selain itu, mudah untuk mengelola semuanya berkat fitur yang disediakan. Misalnya, pemantauan progres referral dan opsi untuk menghubungkan beberapa akun PayPal.

Beberapa tahun ini, program milik Tesla telah beberapa kali berganti sistem bonus. Sekarang, mereka memberikan Supercharging gratis untuk jarak tempuh tertentu kepada penerima referral. Sedangkan pemberinya akan mendapat berbagai reward, seperti mobil gratis sampai kunjungan perusahaan.

Rekomendasi: coba gunakan reward atau bonus yang berbeda-beda. Ini akan membantu Anda menemukan insentif yang tepat, dan memberikan kejutan kepada pelanggan. Siapa, sih, yang tidak suka kejutan?

Tapi ingat, Anda harus memberi tahu pelanggan lebih dulu agar mereka tidak kebingungan, dan Anda bisa turut membangkitkan antusiasme mereka. Karena alasan ini, halaman program Tesla menampilkan campaign sebelumnya dan yang saat ini sedang berlangsung.

Apa Saja Manfaat Referral?

Strategi pemasaran digital mulut ke mulut memang butuh banyak pengeluaran, misalnya untuk membeli software khusus dan menawarkan reward sebagai insentif pelanggan. Tapi, strategi ini sangat layak dicoba karena memiliki banyak manfaat. Beberapa manfaat referral adalah:

Cara menggunakan Discord

Aplikasi Discord bisa Anda gunakan di PC maupun Mobile. Berikut ini cara menggunakan Discord untuk membuat server dan memulai percakapan, simak selengkapnya!

Jenis Referral untuk Menarik Pelanggan

Selanjutnya, kami akan membahas jenis referral yang cukup ampuh untuk memotivasi pelanggan agar bergabung dengan campaign ini.

Umumnya, kontes ini memberikan insentif kepada peserta setelah mencapai jumlah undangan tertentu. Anda juga bisa memberikan bonus khusus bagi pelanggan yang berhasil mendatangkan pelanggan referral terbanyak setiap bulannya.

Cara ini mendorong pelanggan untuk membagikan link mereka dan mengundang teman sebanyak mungkin. Jangka waktu kontes yang ketat juga bisa mendorong mereka untuk lebih giat memberikannya.

Kelemahan dari strategi ini adalah kualitas prospek. Pelanggan bisa saja mengundang temannya secara acak, dan Anda tidak akan mendapatkan prospek yang memenuhi syarat.

Agar bisa memberikan prospek berkualitas tinggi, sebaiknya tentukan pemenang berdasarkan jumlah konversi, bukan jumlah referral. Dalam hal ini, jelaskan bahwa program hanya akan dinyatakan berhasil kalau penerima mendaftar untuk berlangganan email atau membeli produk.

Voice Chat yang tidak mengganggu performa permainan

Biasanya, aktivitas permainan online akan terganggu saat aplikasi komunikasi menginterupsi. Akan tetapi, Discord memiliki sistem tersendiri.

Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melakukan voice chat tanpa mengganggu sistem yang berjalan di CPU, sehingga frame rate ketika bermain gim tetap stabil.

Apa Perbedaan Referral dan Afiliasi?

Perbedaan utamanya adalah hubungan antara brand dengan referral atau afiliasinya. Referral memberikan reward kepada pelanggan karena mengundang temannya untuk membeli produk atau layanan, sedangkan program afiliasi memberikan komisi kepada pendukung brand pihak ketiga, seperti influencer dan blogger, untuk merekomendasikan brand.

Beri Reward yang Sesuai

Lebih dari 70% pelanggan akan memilih brand yang menawarkan insentif. Dengan memberikan bonus, brand akan mendapatkan nilai tambah, dan terasa lebih berkesan di hati pelanggan.

Untuk mencari tahu sistem reward terbaik, tentukan dulu siapa yang akan mendapatkan reward. Untuk itu, cobalah 3 cara ini:

Meskipun keuntungannya dirasa cukup efektif untuk menarik calon pelanggan, brand harus membuat perhitungan yang akurat agar tetap sesuai budget. Untuk itu, tetapkan beberapa persyaratan bagi pelanggan yang akan mendapatkan reward.

Misalnya, reward hanya berlaku kalau pelanggan baru membeli produk senilai lebih dari Rp100.000. Reward juga akan berakhir setelah 30 hari dibagikan oleh pelanggan lama, sehingga memberikan kesan bahwa mereka harus segera membeli produk.

Analisis dan Sempurnakan Program

Proses referral marketing tidak berakhir begitu saja setelah Anda mempromosikannya. Anda masih perlu menganalisis performa campaign ini. Analisis campaign membantu Anda memahami aspek apa saja yang berhasil, serta bagaimana pelanggan menanggapi program Anda.

Nah, berikut 4 metrik referral marketing dan cara meningkatkannya:

Karena alasan di atas, penting bagi Anda untuk menginstall platform referral marketing agar bisa memantau metrik secara otomatis. Kemudian untuk mendapatkan pengukuran kualitas, sebaiknya kirim survei feedback kepada para peserta untuk mencari tahu pendapat mereka tentang program tersebut.